Tahun-tahun awal Akademi Kebun Anom merupakan fase penting yang menandai kelahiran gerakan belajar agrikultur berbasis komunitas dan semangat kembali ke alam. Periode 2018–2020 menjadi landasan yang kokoh bagi arah akademi di masa depan.
2018 – Benih Ide Tumbuh
Segalanya berawal dari obrolan santai di bawah pohon jambu, antara petani muda, penggiat desa, dan pencinta lingkungan yang resah akan hilangnya tradisi bertani dan semakin terpinggirkannya alam dalam kehidupan modern. Diskusi-diskusi kecil itu memunculkan ide: menciptakan ruang belajar yang bukan hanya berbasis teori, melainkan juga praktik langsung di kebun dan ladang.
Dibentuklah komunitas kecil yang menamakan diri Tunas Anom—sebagai cikal bakal akademi. Mereka mulai menyusun konsep, mendata potensi lahan tidur, dan menjalin komunikasi dengan warga desa.
2019 – Eksperimen, Belajar, dan Membangun Kepercayaan
Tahun ini menjadi masa percobaan. Komunitas mulai mengelola sebidang lahan secara kolektif, menerapkan prinsip pertanian alami, membuat pupuk organik, serta membuka kelas mingguan terbuka untuk anak-anak dan remaja desa.
Meskipun dengan fasilitas seadanya, semangat gotong royong dan partisipasi warga mulai tumbuh. Kegiatan pelatihan kecil-kecilan mulai dilakukan, seperti pelatihan kompos, budidaya sayur lokal, dan pengenalan hidroponik sederhana.
Dukungan dari pegiat desa, donatur lokal, dan relawan dari kota mulai berdatangan. Eksperimen kecil ini menjadi bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari hal sederhana.
2020 – Akademi Kebun Anom Resmi Berdiri
Setelah dua tahun membangun pondasi, menyempurnakan kurikulum, dan memperluas jangkauan komunitas, pada pertengahan 2020 Akademi Kebun Anom resmi dideklarasikan. Peresmiannya dilakukan secara sederhana di kebun bersama para warga, peserta pelatihan pertama, serta pendukung awal akademi.
Sejak saat itu, Akademi Kebun Anom tak hanya menjadi tempat belajar bertani, tetapi juga menjadi pusat gerakan edukasi lingkungan, regenerasi petani muda, dan penguatan ekonomi desa berbasis kebun.
